Malam itu malam-malam terakhir aku berada di tempat KKN. Aku merasakan hal-hal yang begitu mengharukan di hari-hari terakhir kebersamaan dengan teman-teman anggota KKN sekelompok 12 di desa Margamekar, Pangalengan.
Malam yang paling mengesankan untukku saat itu. Bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh ampunan. Malam itu bertepatan pula dengan malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang mana Allah letakkan malam Lailatul Qadar (malam 10 bulan) di salah satu hari terakhir Ramadhan.
Selepas magrib aku dan teman-teman bersepakat untuk melakukan shalat tarawih di waktu sepertiga malam. Tepat pukul 2 pagi kami saling membangunkan teman-teman lain yang belum bangun. Kami bersemangat dan bersegera mengambil air wudhu.
Sebelum melakukan shalat salah satu teman kami yang dipercayai untuk menjadi imam shalat kami malam itu mengingatkan bahwa shalat malam yang akan kami lakukan ini semata-mata untuk mengharap Ridha Allah, semoga shalat yang dilakukan di malam 21 Ramadhan itu bertepatan dengan malam mulia, yakni malam Lailatul Qadar. Selain itu beliau mengingatkan agar shalat dilakukan dengan benar-benar khusyuk, manfaatkan malam ini untuk bermunajat pada Allah, perpanjang waktu ruku’ dan sujud untuk berdoa, meminta segala yang kita inginkan pada Sang Maha Pemilik alam raya ini, Allah SWT.
Tak terasa air mata menetes begitu saja, berharap yang kami lakukan diridhoi oleh-Nya. Shalat pun kami mulai dengan penuh rasa berserah pada-Nya, menggapai kedamaian hati yang begitu sejuk di setiap bacaan shalat yang dilafazkan. Ketika itu pun diri ini semakin merasa sangat kecil dan sadar bahwa aku tak mampu berbuat apa pun selain dengan pertolongan-Nya. Terlebih ketika sujud panjang yang kami lakukan dengan gerakan “tuma’ninah”, rasa khusyuk yang senantiasa kami tumbuhkan selama shalat, ketika itu air mata benar-benar tak mampu tertahan lagi, ketika diri semakin merasa hina mengharapkan ampunan penuh dari-Nya atas segala kelalaian diri akan segala perintah-Nya.
Malam itu benar-benar malam yang sangat mencambuk hati ini, merasa diri tak berdaya tanpa keterlibatan Dia Sang Maha Agung yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya pada diri yang hanif ini. Dan malam yang membuatku semakin percaya bahwa ketika segala hal yang kita lakukan ditujukan untuk-Nya maka hati pun akan merasa tenteram.
Inilah segelintir cerita dalam kebersamaan yang paling mengesankan untuk aku pribadi yang membuat aku tak mampu melupakan masa-masa KKN ini, sekaligus hal yang akan membuat aku rindu akan masa-masa KKN yang penuh kenangan.
Penulis: Pipit S, PGPAUD 2012