Cegah Perundungan dan Kekerasan Seksual, Mahasiswa Baru UPI Kampus Cibiru Lakukan Deklarasi Anti Perundungan dan Kekerasan Seksual

Bandung – Mahasiswa baru Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Cibiru melakukan deklarasi dan ucap janji anti perundungan dan kekerasan seksual. Deklarasi tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (30/9) bertepatan dengan hari kedua pelaksanaan Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKA-KU) 2022 yang dilaksanakan secara paralel di dua tempat sekaligus, yaitu di Aula SD Laboratorium School UPI Kampus Cibiru dan juga Auditorium Bumi Siliwangi.

Pelaksanaan deklarasi dan ucap janji anti perundungan dan kekerasan seksual ini merupakan yang pertama dan menjadi terobosan tersendiri. Hal ini didasari oleh banyaknya kasus yang terjadi baik itu kasus perundungan ataupun kekerasan seksual yang dialami oleh mahasiswa UPI Kampus Cibiru. Selain itu, adanya cita-cita untuk mewujudkan Kampus Inklusif menjadi salah satu dari beberapa alasan diselenggarakannya acara tersebut.

Deklarasi dan ucap janji anti perundungan dan kekerasan seksual dilaksanakan setelah pematerian mengenai pengenalan 3 dosa besar perguruan tinggi yang disampaikan oleh IbuTriana Lestari, S.Psi., M.Pd.. Setelah kegiatan diskusi dan pematerian, mahasiswa baru membacakan deklarasi secara serentak yang dipimpin oleh Ali Aziz mahasiswa prodi Rekayasa Perangkat Lunak selaku perwakilan satuan penanganan kekerasan seksual dan perundungan UPI Kampus Cibiru.

Salah satu mahasiswa baru yang juga merupakan salah satu korban kekerasan seksual yang hadir pada deklarasi tersebut merasa terlindungi karena adanya kegiatan tersebut. “Di kampus ini juga ada kayak perlindungan terutama bagi aku yang udah pernah ngalamin jadi ngerasa terlindungi terus kayak aman-aman aja dengan adanya janji-janji dari yang lain meskipun engga semuanya nepatin janjinya tapi akunya udah merasa aman”. Adapun tanggapan dari Ibu Triana selaku pemateri sekaligus pembina tim anti perundungan dan kekerasan seksual UPI Kampus Cibiru, “Harapannya, pengalaman itu dapat di sublimasi menjadi aksi nyata bagaimana mahasiswa sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kampus inklusif yang aman dari kekerasan seksual dan perundungan”.





Leave a Reply

Your email address will not be published.