Kasus pelecehan seksual terjadi pada W dan M mahasiswi UPI Kampus Cibiru pada Rabu (4/5/2016). Kejadian tersebut terjadi pada pukul 09.30 WIB saat korban berjalan ke kampus dari kos-nya melewati gerbang TK Laboratorium UPI Cibiru.
Menurut pengakuan salah satu korban inisial W menuturkan kronologis kejadian yang dialaminya, “peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.25 WIB, saya berjalan dari Komplek Permata Biru menuju kampus melalui gerbang TK Laboratorium, ketika akan menyeberang keadaan jalan lumayan macet. Saya sempat melihat pelaku yang lewat menggunakan sepeda motor. Awalnya tidak curiga, tetapi ternyata pelaku malah berbalik arah menuju gerbang dan masuk ke dalam kampus dan mendahului saya yang sedang berjalan. Secara sekilas saya melihat wajahnya, saya kira dia orang biasa saja karena penampilannya rapi dan sopan, malah saya sempat mengira adalah teman saya karena sekilas wajahnya mirip. Pelaku diam sebentar di depan saya di daerah parkiran depan ruang TIK. Setelah itu, pelaku yang menggunakan sepeda motor berhadapan dan berlawanan arah dengan saya, dia langsung tancap gas melaju dengan cepat ke arah saya sambil tangganya menyentuh bagian daerah sensitif, bagian atas wanita, kemudian pelaku hanya tertawa sambil melaju dengan sepeda motornya. Saya sempat shock dan berteriak sambil memaki atas perlakuan yang dilakukan pelaku namun kondisi di sekitar sepi tidak ada pihak keamanan atau siapa pun. Tetapi ketika pelaku telah melancarkan aksinya terlihat juga ada seorang mahasiswi yang hendak masuk melewati gerbang, pelaku malah melakukan tindakan yang sama terhadapnya,“ ujar salah satu korban saat ditemui oleh pihak PERSLIMA.
Tidak hanya itu korban juga mencoba untuk mendeskripsikan ciri-ciri pelaku, “pelakunya terlihat masih muda di bawah 25 tahunan, penampilannya rapi seperti mahasiswa umumnya memakai jaket, sepatu, tas, dan menggunakan pakaian serba merah menaiki sepeda motor jenis matic dengan helm fullface,” lanjut korban.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, Edwar Setiadi, telah menerima laporan dari kedua korban. Edwar telah memberi himbauan kepada seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswi untuk berhati-hati.
“Saya sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan mengenai itu. Agar tidak ada lagi kejadian serupa, kita saling mengingatkan kepada mahasiswa/i yang sering jalan ke sana (gerbang TK Lab) agar senantiasa berhati-hati dan segera melapor ke keamanan kampus,” ungkapnya.
Kasus pelecehan seksual terhadap kaum wanita beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan seiring maraknya peredaran film ataupun video berbau porno baik lewat internet maupun media lainnya (kompasiana.com). Nenden Ineu Herawati selaku BK UPI Kampus Cibiru pun menuturkan, “pria itu tingkat seksualnya konstan bahkan sensitif, cepat memuncak apabila melihat hal-hal yang sifatnya sensual.” Menurutnya, diduga pelaku tertarik dengan penampilan korban.
Akibat yang muncul dari kasus ini adalah trauma yang dialami secara langsung oleh korban, dan secara tidak langsung oleh mahasiswa UPI Kampus Cibiru. Nenden melanjutkan, hal yang ditakutkan adalah jika korban merasa ketakutan terhadap pria setelah mengalami hal tersebut.
Setelah satu minggu, laporan belum diproses dalam berita acara karena lemahnya bukti, dan masih sebatas didengar laporannya karena security maupun lembaga belum menerima laporan langsung dari korban. “Kami tidak menganggapnya sebagai laporan palsu. Hanya dalam aturan rambu-rambu pelaporan itu memang si korban yang harus langsung melapor. Lalu nanti ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan prosedural,” ungkap Wakil Direktur UPI Kampus Cibiru, Dede Margo Irianto.
“Kesalahan pelapor juga, tidak membawa korban,” ujar Pudin Mahpudin selaku Security UPI Kampus Cibiru, ditemui Selasa (10/5/16). Pudin mengaku sudah berkoordinasi dengan pimpinan kampus. Pudin melanjutkan, apabila korban melapor, dari korban bisa diidentifikasi informasinya, waktu kejadian, kronologi kejadian, dan pelaku. Terlebih jika kejadiannya terekam CCTV, bisa jadi barang bukti yang kuat. “Saya sudah memantau CCTV depan ruang TIK, belum menemukan hal yang mencurigakan,” ungkapnya.
Langkah yang telah diambil oleh pihak kampus adalah pemeriksaan ulang CCTV, meningkatkan pengawasan dititik rawan kampus, dan bekerja sama dengan BK untuk berusaha menghubungi korban agar dapat melakukan rehabilitasi traumatisnya. Kemudian untuk antisipasi jangka panjang adalah menutup gerbang TK Lab.
Korban pun menuturkan kekhawatirannya karena berdasarkan pengakuan korban hal ini bukan yang pertama dia alami di lingkungan kampus. Sebelumnya ia pernah mengalami hal serupa namun dengan verbal saja berupa kata-kata yang kurang pantas di ucapkan kepada wanita. Dia merasa khawatir, resah dan juga cukup trauma. “Saya harap keamanan kampus dapat ditingkatkan kembali sehingga kejadian seperti ini tidak terulang lagi, terutama untuk para mahasiswi jangan berjalan sendirian, tetap waspada apabila melihat gerak-gerik lelaki yang mencurigakan, juga tetap untuk menjaga auratnya.” ujarnya.
“Tolong menghadap korbannya, hubungi security atau aset Pak Yudi. Jangan malu menghadap untuk kebenaran,” tutup Pudin.