Selasa (24/11), 3 calon pasangan kandidat capres dan cawapres BEM UPI Kampus Cibiru 2016 kampanye menghadap masa kampus. Semua kandidat calon datang lengkap bersama pasangannya. Agenda kampanye kali ini pun berlangsung lancar. Wakil direktur UPI Kampus Cibiru, Dede Margo Irianto pun hadir dan membuka agenda pembuka pemilu BEM Cibiru ini.
Namun, tidak terlalu banyak mahasiswa yang hadir. Apalagi saat momen debat para capres dan cawapres hanya beberapa orang mahasiswa, selebihnya kursi diisi oleh delegasi UKM Ormawa dan para anggota KPU.
Seperti agenda kampanye biasanya, para pasangan kandidat calon dipersilakan untuk menyampaikan profil diri dan pemaparan visi misi. Sayangnya, listrik mati, sehingga presentasinya hanya secara oral.
Secara garis besar ketiga pasang calon mengusung misi sinergisitas, religius, pengembangan minat bakat. Adapun panelis yang dipilih adalah Ni’matul Maula, Wakil Presiden BEM UPI Cibiru 2015, Nuryanti, Ketua DPM UPI Kampus Cibiru 2015, dan Ummu Fauziyyatun Amatullah, Pimpinan Umum PERSLIMA 2015.
Setelah pemaparan visi misi dan tanya jawab bersama panelis serta partisipan, dilanjutkan dengan debat capres cawapres. Para panelis mengajukan isu debatnya adalah “Peran Nyata BEM dalam Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Mahasiswa dalam Eksistensi UPI Cibiru di Lingkup Regional, Nasional dan Internasional” untuk debat. Latar belakang para panelis merumuskan isu tersebut adalah semua pasangan calon mengusung pengembangan minat dan bakat mahasiswa yang kurang terwadahi.
Namun, debat capres dan cawapres UPI Cibiru kurang hidup.
Debat kali ini memang panas, tapi karena AC nya yang mati. Saya rasa para kandidat harus lebih memahami perbedaan antara debat dan tanya jawab.
Nuryanti, Pemenang Debat TCA UPI 2015
Ni’matul pun sepakat dengan Nuryanti, sebagaimana pernyataannya, “kurang rame, tidak ada kesempatan mengkritisi satu sama lain.” Partisipasi mahasiswa yang kurang pun semakin membuat acara kampanye lebih sepi, “tidak ada timses, jadi kurang rame,” tambah Ni’matul.