Berita UPI

Usai Audiensi, Kebijakan Rektor UPI Soal UKT Tidak Sesuai Harapan

Usai Audiensi, Kebijakan Rektor UPI Soal UKT Tidak Sesuai Harapan

Perwakilan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa (GEMA) mendatangi gedung rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada Jumat, 19 Juni 2020, untuk melakukan audiensi bersama Rektor UPI. Pertemuan itu dilakukan untuk membahas persoalan tuntutan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan kompensasi UKT selama masa pandemi COVID-19.

Mahasiswa berkumpul sekitar pukul 10.00 WIB, namun ditahan di gedung PKM oleh Direktorat Mahasiswa dan Dekan UPI selama kurang lebih satu jam. Di sana mahasiswa ditanyai mengenai tuntutan dan membicarakan hal-hal lain. Setelah itu, massa beranjak menuju gedung rektorat, namun kembali tertahan oleh satpam, polisi, serta mahasiswa yang berjaga di sana.

Setelah drama yang cukup panjang, akhirnya 8 perwakilan mahasiswa yang berasal dari pimpinan FPIPS, FPEB, FPBS, FPSD, dan Kampus daerah Cibiru, Serang, Sumedang, dan Tasik diperbolehkan masuk ke dalam gedung rektorat. Audiensi berlangsung kurang lebih 30 menit, dan ada 5 perwakilan mahasiswa yang sempat berbicara menyampaikan tuntutannya. Namun tuntutan tersebut tidak dikabulkan. Rektor tetap menyatakan bahwa penangguhan adalah bentuk bantuan keringanan pembayaran UKT di tengah pandemi seperti ini.

Salah satu perwakilan dari UPI Kampus Cibiru, Agida Hafsyah, menyayangkan hasil dari audiensi tersebut karena dia tak sempat mengutarakan keresahannya. “Saya sebenarnya ada pertanyaan. Mengapa pendaftaran untuk mendapat keringanan dilakukan secara online pada tanggal 8 Juli, yang mana itu adalah dua hari sebelum penutupan pembayaran UKT?” tuturnya saat diwawancarai via WhatsApp.

Berdasarkan riset data yang dilakukan BEM UPI Kampus Cibiru beberapa waktu yang lalu, ada sekitar 70 persen mahasiswa yang merasa keberatan dengan tagihan UKT di tengah pandemi COVID-19. Persentase ini terbilang cukup banyak untuk satu kampus daerah.

Agida berharap, “Dari pergerakan GEMA kemarin kita bisa menyatukan persepsi dan bisa menyatukan satu tujuan yang bisa diperjuangkan secara bersama-sama. Dan kita dari sospol akan mencoba membuka jalannya ruang diskusi, dan berharap semoga mahasiswa juga berpartisipasi aktif di dalamnya.”

Redaktur: Syarifah Nur’aini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *